loading...
SF - Juventus yang perkasa di liga negerinya sendiri yaitu Italia namun di Liga Champions mereka hanya menjadi spesialis Runner Up Liga Tertinggi di Eropa itu, berikut perjalanan Juventus di Liga Champions.

1972/73 - Ajax 1-0 Juventus
Pada musim ini Juventus diperkuat Roberto Bettega, Fabio Capello, dan sang kiper Dino Zoff. Bianconeri melaju ke final pertamanya ini setelah berhasil mengalahkan Marseille, Magdeburg, Ujpesti Dozsa, Derby County.
Akan tetapi, Juve yang menerapkan sistem man marking dengan sangat ketat itu gagal menaklukkan Ajax yang menerapkan permainan indah mereka, Total Football. Bianconeri gagal membalas gol klub Belanda itu yang dicetak oleh Johnny Rep di saat laga yang berlangsung di Stadion FK Crvena Zvezda, Belgrade, tersebut baru berjalan lima menit.
Juve yang kala itu dilatih Cestmír Vycpalek bisa dibilang beruntung tidak kalah dengan skor yang lebih besar menghadapi Ajax yang diisi para pemai hebat seperti Johan Cryuff, Johan Neeskens, dan yang lainnya.
Ajax sedang mendominasi Eropa kala itu. Kemenangan atas Juve membuat mereka menjadi juara untuk ketiga kalinya secara beruntun.
1982/83 - Hamburg 1-0 Juventus
Butuh waktu sepuluh tahun bagi Juve untuk kembali berlaga di final. Kali ini mereka dilatih oleh Giovanni Trapattoni dan menjadi unggulan partai puncak kontra Hamburg.
Juve lolos ke final setelah berhasil menyingkirkan sang juara bertahan Aston Villa dengan agregat 5-2 di babak perempat-final. Mereka kemudian menaklukkan klub Polandia Widzew Lodz dengan agregat 4-2 sehingga dipastikan lolos ke final yang berlangsung di Olympic Stadium, Atena, Yunani.
Namun sekali lagi Juve takluk setelah kebobolan di menit-menit awal berjalannya laga. Hamburg berhasil mencetak gol lewat aksi Felix Magath saat pertandingan baru memasuki menit ke-8.
Sama seperti sepuluh tahun sebelumnya, Juve kembali gagal mencetak gol sehingga lagi-lagi hanya bisa menjadi runner-up.
1984/85 - Juventus 1-0 Liverpool
Dua musim berselang klub asal kota Turin itu kembali tampil di final, dan kali ini akhirnya mereka sukses meraih gelar juara untuk pertama kalinya.
Tapi dibalik kesuksesan yang berhasil Juve raih, terjadi tragedi yang memilukan di laga final kontra Liverpool yang berlangsung di Heysel Stadium, Brussels, Belgia, pada 29 Mei 1985.
Jelang kick-off, sekelompok suporter Liverpool menyerbu wilayah yang diperuntukkan bagi para suporter netral di sektor Z, yang sudah dipenuhi oleh para suporter asal Italia yang tinggal di Belgia.
Mereka yang mendukung Juventus pun memilih untuk membeli tiket di sektor tersebut. Alhasil, area yang seharusnya netral pun lebih banyak diisi oleh suporter Juventus. Sehingga fans Liverpool merasa pembagian kuota untuk suporter yang hadir di stadion tidak adil.
Karena mereka bukanlah ultras atau suporter garis keras Juve, mereka hanya berupaya menghindar dari serbuan hooligan Liverpool. Mereka berupaya meyelamatkan diri melalui salah satu tembok pembatas.
Tembok tersebut kemudian tidak mampu menahan beban para suporter. Insiden pun terjadi, tembok itu runtuh dan para suporter berjatuhan. Total 39 orang, sebagian besar orang Italia, meninggal dunia akibat peristiwa itu, sementara 600 orang lainnya luka-luka.
Saat itu UEFA memutuskan untuk melanjutkan laga final karena merasa khawatir kerusuhan akan semakin besar jika pertandingan dibatalkan.
Juventus keluar sebagai juara lewat gol tunggal Michel Platini lewat titik penalti pada menit ke-58. Tapi kesuksesan itu tidak banyak mendapat sorotan karena diawali tragedi yang terjadi.
1995/96 - Ajax 1-1 Juventus [Juventus menang 4-2 lewat adu penalti]
Setelah resmi berganti nama menjadi Liga Champions pada 1992, Juve baru berhasil tampil di final pada musim 1995/96.
Juve yang kala itu dilatih Marcelo Lippi berhasil memuncaki klasmen di fase grup, mereka kemudian menyingkirkan Real Madid dan Nantes untuk menembus laga final dan menghadapi Ajax di Stadio Olimpico, Roma.
Juventus berhasil mencetak gol lebih dulu melalui Fabrizio Ravanelli pada menit ke-12, namun Jari Litmanen membuat skor imbang lewat golnya pada menit ke-41.
Skor tetap imbang hingga babak tambahan waktu. Laga pun dilanjutkan ke babak adu penalti.
Gelandang Ajax Edgar Davids (yang kemudian juga bermain untuk Juve) gagal mengeksekusi penalti pertama, sementara semua pemain Juve berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.
Penendang keempat Ajax Sonny Silooy kemudian juga gagal. Kesuksesan Vladimir Jugovic menaklukkan Edwin van Der Sar saat mengeksekusi penalti kemudian memastikan Juve menjuarai kompetisi papan atas Eropa untuk kedua kalinya.
1996/97 - Borussia Dortmund 3-1 Juventus
Satu musim kemudian Juve berhasil menjadi juara Serie A dan kembali tampil di final Liga Champions sebagai juara bertahan. Laga tersebut terasa lebih spesial karena jika sukses meraih gelar juara, prestasi itu bisa sekaligus menjadi hadiah untuk ulang tahun klub yang ke-100.
Meski menjadi unggulan Bianconeri gagal tampil maksimal saat berlaga menghadpi Dortmund di Olympiastadion, Munich.
Di babak pertama Juve kebobolan dua gol melalui aksi Karl-Heinz Riedle. Di babak kedua Bianconeri sempat membalas lewat gol gol indah yang tercipta lewat tumit Alessandro Del Piero, tapi gol Lars Ricken yang tercipta saat ia baru saja masuk sebagai pemain pengganti memastikan gelar juara bagi Dortmund.
1997-98 - Real Madrid 1-0 Juventus
Tim asuhan Marcello Lippi kembali berhasil lolo ke final Liga Champions untuk ketiga kalinya secara beruntun. Itu memperlihatkan bagiamana mereka merupakan tim kuat di Eropa. Akan tetapi mereka lagi-lagi gagal menjadi juara.
Mengandalkan Zinedine Zidane sebagai gelandang serang serta duet Alessandro Del Piero-Filippo Inzaghi, Juventus tidak berhasil menjebol gawang Madrid yang kala itu berada di bawa arahan Jupp Heynckes.
Saat laga yang berlangsung di Amsterdam Arena memasuki menit ke-66 justru Real Madrid yang sukses mencetak gol lewat Pedrag Mijatovic, gol yang hingga kini Juventini anggap tidak sah karena offside. Gol kontroversial itu membuat Madrid berhasil menjuarai Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 1966.
Sementara Juve kembali menjadi runner-up untuk kedua kalinya secara beruntun.
2002/03 - AC Milan 0-0 Juventus [Milan menang 3-2 lewat adu penalti]
Juventus kembali berpeluang menambah gelar juara Liga Champions saat berhasil lolos ke final pertama yang mempertemukan dua klub Italia ini.
Gianluigi Buffon melakukan penyelamatan hebat saat menghalau peluang penyerang Milan Filippo Inzaghi. Sementara peluang dari gelandang Juve Antonio Conte masih mengenai tiang gawang.
Di laga final ini, Juve tidak bisa memainkan pemain andalannya, Pavel Nedved, karena mendapatkan akumulasi kartu kuning di laga sebelumnya.
Skor imbang tanpa gol terus bertahan hingga babak perpanjangan waktu berakhir, sehingga laga berlanjut ke adu penalti.
Davi Trezeguet gagal menjalankan tugasnya, Marcelo Zalayeta dan Paolo Montero juga gagal membobol gawang Milan yang dijaga Dida di adu penalti.
Dari kubu Milan hanya Clarence Seedorf dan Kakha Kaladze yang gagal mencetak gol. Ekskekusi penalti Andriy Shevchenko menjadi penentu kemenangan tim asuhan Carlo Ancelotti tersebut.
2014/15 - Barcelona 3-1 Juventus
Setelah menjalani hukuman degradasi ke Serie B karena kasus calcipoli pada 2006, Juventus kembali berhasil membangun tim yang kompetitif untuk bersaing di level Eropa.
Mereka secara mengejutkan berhasil kembali tampil di final Liga Champions untuk menghadapai Barcelona yang saat itu lebih diunggulkan.
Pada laga yang berlangsung di Berlin itu Juve menghadapi gempuran Barca, namun aksi Buffon membuat mereka hanya tertinggal 1-0 saat babak pertama berakhir. Ivan Rakitic berhasil mencetak gol setelah Barca menampilkan kerja sama tim yang indah.
Bianconeri sempat bangkit di babak kedua. Mereka sukses menyamakan kedudukan lewat gol Alvaro Morata. Akan tetapi itu tidak cukup.
Luis Suarez berhasil membawa Barca kembali unggul. Di saat Juve berjuang menyamakan keududukan mereka justru kebobolan lagi lewat aksi Neymar di injury time.
2016/17 - Juventus 1-4 Real Madrid
Dan di musim ini si Nyonya Tua kembali menjadi Runner Up setelah di bantai Madrid 1-4,meski sempat bisa menyamai Madrid hingga babak pertama usai namun Gol Casemiro di babak kedua meruntuhkan mental anak anak Juve hingga terjadi gol dari Ronaldo dan Asensio di babak ke dua.
1972/73 - Ajax 1-0 Juventus
Pada musim ini Juventus diperkuat Roberto Bettega, Fabio Capello, dan sang kiper Dino Zoff. Bianconeri melaju ke final pertamanya ini setelah berhasil mengalahkan Marseille, Magdeburg, Ujpesti Dozsa, Derby County.
Akan tetapi, Juve yang menerapkan sistem man marking dengan sangat ketat itu gagal menaklukkan Ajax yang menerapkan permainan indah mereka, Total Football. Bianconeri gagal membalas gol klub Belanda itu yang dicetak oleh Johnny Rep di saat laga yang berlangsung di Stadion FK Crvena Zvezda, Belgrade, tersebut baru berjalan lima menit.
Juve yang kala itu dilatih Cestmír Vycpalek bisa dibilang beruntung tidak kalah dengan skor yang lebih besar menghadapi Ajax yang diisi para pemai hebat seperti Johan Cryuff, Johan Neeskens, dan yang lainnya.
Ajax sedang mendominasi Eropa kala itu. Kemenangan atas Juve membuat mereka menjadi juara untuk ketiga kalinya secara beruntun.
1982/83 - Hamburg 1-0 Juventus
Butuh waktu sepuluh tahun bagi Juve untuk kembali berlaga di final. Kali ini mereka dilatih oleh Giovanni Trapattoni dan menjadi unggulan partai puncak kontra Hamburg.
Juve lolos ke final setelah berhasil menyingkirkan sang juara bertahan Aston Villa dengan agregat 5-2 di babak perempat-final. Mereka kemudian menaklukkan klub Polandia Widzew Lodz dengan agregat 4-2 sehingga dipastikan lolos ke final yang berlangsung di Olympic Stadium, Atena, Yunani.
Namun sekali lagi Juve takluk setelah kebobolan di menit-menit awal berjalannya laga. Hamburg berhasil mencetak gol lewat aksi Felix Magath saat pertandingan baru memasuki menit ke-8.
Sama seperti sepuluh tahun sebelumnya, Juve kembali gagal mencetak gol sehingga lagi-lagi hanya bisa menjadi runner-up.
1984/85 - Juventus 1-0 Liverpool
Dua musim berselang klub asal kota Turin itu kembali tampil di final, dan kali ini akhirnya mereka sukses meraih gelar juara untuk pertama kalinya.
Tapi dibalik kesuksesan yang berhasil Juve raih, terjadi tragedi yang memilukan di laga final kontra Liverpool yang berlangsung di Heysel Stadium, Brussels, Belgia, pada 29 Mei 1985.
Jelang kick-off, sekelompok suporter Liverpool menyerbu wilayah yang diperuntukkan bagi para suporter netral di sektor Z, yang sudah dipenuhi oleh para suporter asal Italia yang tinggal di Belgia.
Mereka yang mendukung Juventus pun memilih untuk membeli tiket di sektor tersebut. Alhasil, area yang seharusnya netral pun lebih banyak diisi oleh suporter Juventus. Sehingga fans Liverpool merasa pembagian kuota untuk suporter yang hadir di stadion tidak adil.
Karena mereka bukanlah ultras atau suporter garis keras Juve, mereka hanya berupaya menghindar dari serbuan hooligan Liverpool. Mereka berupaya meyelamatkan diri melalui salah satu tembok pembatas.
Tembok tersebut kemudian tidak mampu menahan beban para suporter. Insiden pun terjadi, tembok itu runtuh dan para suporter berjatuhan. Total 39 orang, sebagian besar orang Italia, meninggal dunia akibat peristiwa itu, sementara 600 orang lainnya luka-luka.
Saat itu UEFA memutuskan untuk melanjutkan laga final karena merasa khawatir kerusuhan akan semakin besar jika pertandingan dibatalkan.
Juventus keluar sebagai juara lewat gol tunggal Michel Platini lewat titik penalti pada menit ke-58. Tapi kesuksesan itu tidak banyak mendapat sorotan karena diawali tragedi yang terjadi.
1995/96 - Ajax 1-1 Juventus [Juventus menang 4-2 lewat adu penalti]
Setelah resmi berganti nama menjadi Liga Champions pada 1992, Juve baru berhasil tampil di final pada musim 1995/96.
Juve yang kala itu dilatih Marcelo Lippi berhasil memuncaki klasmen di fase grup, mereka kemudian menyingkirkan Real Madid dan Nantes untuk menembus laga final dan menghadapi Ajax di Stadio Olimpico, Roma.
Juventus berhasil mencetak gol lebih dulu melalui Fabrizio Ravanelli pada menit ke-12, namun Jari Litmanen membuat skor imbang lewat golnya pada menit ke-41.
Skor tetap imbang hingga babak tambahan waktu. Laga pun dilanjutkan ke babak adu penalti.
Gelandang Ajax Edgar Davids (yang kemudian juga bermain untuk Juve) gagal mengeksekusi penalti pertama, sementara semua pemain Juve berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.
Penendang keempat Ajax Sonny Silooy kemudian juga gagal. Kesuksesan Vladimir Jugovic menaklukkan Edwin van Der Sar saat mengeksekusi penalti kemudian memastikan Juve menjuarai kompetisi papan atas Eropa untuk kedua kalinya.
1996/97 - Borussia Dortmund 3-1 Juventus
Satu musim kemudian Juve berhasil menjadi juara Serie A dan kembali tampil di final Liga Champions sebagai juara bertahan. Laga tersebut terasa lebih spesial karena jika sukses meraih gelar juara, prestasi itu bisa sekaligus menjadi hadiah untuk ulang tahun klub yang ke-100.
Meski menjadi unggulan Bianconeri gagal tampil maksimal saat berlaga menghadpi Dortmund di Olympiastadion, Munich.
Di babak pertama Juve kebobolan dua gol melalui aksi Karl-Heinz Riedle. Di babak kedua Bianconeri sempat membalas lewat gol gol indah yang tercipta lewat tumit Alessandro Del Piero, tapi gol Lars Ricken yang tercipta saat ia baru saja masuk sebagai pemain pengganti memastikan gelar juara bagi Dortmund.
1997-98 - Real Madrid 1-0 Juventus
Tim asuhan Marcello Lippi kembali berhasil lolo ke final Liga Champions untuk ketiga kalinya secara beruntun. Itu memperlihatkan bagiamana mereka merupakan tim kuat di Eropa. Akan tetapi mereka lagi-lagi gagal menjadi juara.
Mengandalkan Zinedine Zidane sebagai gelandang serang serta duet Alessandro Del Piero-Filippo Inzaghi, Juventus tidak berhasil menjebol gawang Madrid yang kala itu berada di bawa arahan Jupp Heynckes.
Saat laga yang berlangsung di Amsterdam Arena memasuki menit ke-66 justru Real Madrid yang sukses mencetak gol lewat Pedrag Mijatovic, gol yang hingga kini Juventini anggap tidak sah karena offside. Gol kontroversial itu membuat Madrid berhasil menjuarai Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 1966.
Sementara Juve kembali menjadi runner-up untuk kedua kalinya secara beruntun.
2002/03 - AC Milan 0-0 Juventus [Milan menang 3-2 lewat adu penalti]
Juventus kembali berpeluang menambah gelar juara Liga Champions saat berhasil lolos ke final pertama yang mempertemukan dua klub Italia ini.
Gianluigi Buffon melakukan penyelamatan hebat saat menghalau peluang penyerang Milan Filippo Inzaghi. Sementara peluang dari gelandang Juve Antonio Conte masih mengenai tiang gawang.
Di laga final ini, Juve tidak bisa memainkan pemain andalannya, Pavel Nedved, karena mendapatkan akumulasi kartu kuning di laga sebelumnya.
Skor imbang tanpa gol terus bertahan hingga babak perpanjangan waktu berakhir, sehingga laga berlanjut ke adu penalti.
Davi Trezeguet gagal menjalankan tugasnya, Marcelo Zalayeta dan Paolo Montero juga gagal membobol gawang Milan yang dijaga Dida di adu penalti.
Dari kubu Milan hanya Clarence Seedorf dan Kakha Kaladze yang gagal mencetak gol. Ekskekusi penalti Andriy Shevchenko menjadi penentu kemenangan tim asuhan Carlo Ancelotti tersebut.
2014/15 - Barcelona 3-1 Juventus
Setelah menjalani hukuman degradasi ke Serie B karena kasus calcipoli pada 2006, Juventus kembali berhasil membangun tim yang kompetitif untuk bersaing di level Eropa.
Mereka secara mengejutkan berhasil kembali tampil di final Liga Champions untuk menghadapai Barcelona yang saat itu lebih diunggulkan.
Pada laga yang berlangsung di Berlin itu Juve menghadapi gempuran Barca, namun aksi Buffon membuat mereka hanya tertinggal 1-0 saat babak pertama berakhir. Ivan Rakitic berhasil mencetak gol setelah Barca menampilkan kerja sama tim yang indah.
Bianconeri sempat bangkit di babak kedua. Mereka sukses menyamakan kedudukan lewat gol Alvaro Morata. Akan tetapi itu tidak cukup.
Luis Suarez berhasil membawa Barca kembali unggul. Di saat Juve berjuang menyamakan keududukan mereka justru kebobolan lagi lewat aksi Neymar di injury time.
2016/17 - Juventus 1-4 Real Madrid
Dan di musim ini si Nyonya Tua kembali menjadi Runner Up setelah di bantai Madrid 1-4,meski sempat bisa menyamai Madrid hingga babak pertama usai namun Gol Casemiro di babak kedua meruntuhkan mental anak anak Juve hingga terjadi gol dari Ronaldo dan Asensio di babak ke dua.
No comments:
Post a Comment